Tuesday, December 4, 2012

ANGKA KECUKUPAN GIZI NASIONAL

1. PERKEMBANGAN PENYUSUNAN ANGKA KECUKUPAN GIZI DI
INDONESIA
Pertama kali AKG di Indonesia disusun tahun 1958 oleh Lembaga Makanan Rakyat
dengan pendekatan lintas sektor. Tujuan utama penyusunan AKG adalah untuk acuan
perencanaan makanan dan menilai tingkat konsumsi makanan individu/masyarakat.
Rujukan yang digunakan saat itu adalah Recommended Dietary Allowances (RDA)
yang dikeluarkan FAO/WHO. AKG ini ditinjau kembali tahun 1968.
Pada tahun 1973 penyusunan AKG dikoordinasikan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), dalam forrum Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi dengan tetap
mengacu pada AKG yang dikeluarkan FAO/WHO. Selanjutnya setiap 5 tahun sekali
AKG dievaluasi sesuai dengan kemajuan Ilmu Gizi, perubahan kependudukan dan
sosial ekonomi.
Untuk pertama kali AKG hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V pada tahun
1993 disahkan oleh Menteri Kesehatan dengan SK No. 332/MENKES/SK/IV/1994
tanggal 16 April 1994.

2. DATA UNTUK PENYUSUNAN ANGKA KECUKUPAN GIZI
Data yang digunakan untuk penyusunan AKG di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. standar FAO/WHO
b. hasil survei tentang gizi
c. kemampuan penyediaan makanan
d. kependudukan
e. sosial ekonomi
Data tentang penduduk dikelompokkan sesuai dengan anjuran FAO/WHO, yakni :
* 0-6 bulan
* 7-12 bulan
* 1-3 tahun
* 4-6 tahun
* 7-9 tahun
Pengelompokan diatas tidak membedakan jenis kelamin.
Untuk pengelompokan umur selanjutnya, adalah sebagai berikut:
* 10 – 12 tahun
* 13 – 15 tahun
* 16 – 19 tahun
* 20 – 59 tahun
Pengelompokan diatas dibedakan antara laki-laki dan perempuan, kondisi hamil dan
menyusui.
Untuk masing-masing kelompok ditetapkan bert badan dan tinggi badan standar.
Sedangkan untuk kelompok laki-laki dan perempuan umur 25-59 tahun, ditetapkan
pula pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan, yaitu : ringan, sedang, dan berat.
Pengelompokkan ini dilakukan karena kebutuhan gizi dari masing-masing kelompok
itu berbeda.
Dengan mengetahui komposisi penduduk, maka dapat pula ditetapkan AKG rata-rata
untuk penduduk Indonesia. Pada Repelita VI, AKG rata-rata pada tingkat konsumsi
untuk penduduk Indonesia adalah 2150 kilo kalori dan 46.2 gram protein.

3. ZAT GIZI DALAM ANGKA KECUKUPAN GIZI
Untuk Indonesia tidak semua zat gizi ditetapkan di dalam AKG. Namun dibatasi pada
penyusunana zat-zat gizi yang paling penting untuk Indonesia pada saat itu.
Adapun AKG 1993-1998 meliputi zat gizi sebagai berikut:
a. Energi
b. Protein
c. Vitamin A
d. Thiamin
e. Riboglafin
f. Niacin
g. Vitamin B12
h. Asam folat
i. VitaminC
j. Kalsium
k. Fosfor
l. Zat besi
m. Seng (Zn)
n. Yodium

4. KEGUNAAN ANGKA KECUKUPAN GIZI
Angka kecukupan gizi diharapkan berguna bagi berbagai kelompok yang berminat di
bidang pangan dan gizi, antara lain ahli gizi, ahli kesehatan masyarakat, guru, para
perencana, para pengambil kebijakan dan mereka yang bekerja di bidang industri
pangan dan gizi. Data AKG ini selanjutnya dapat dipergunakan untuk :
a. menentukan kecukupan makanan
b. merencanakan bantuan makanan dalam rangka program kesejahteraan rakyat.
c. mengevaluasi tingkat kecukupan penyediaan pangan untuk kelompok tertentu
d. menilai tingkat konsumsi individu maupun masyarakat
e. menilai status gizi masyarakat
f. merencanakan fortifikasi makanan
g. merencanakan KIE di bidang gizi termasuk penyusunan PUGS
h. merencanakan kecukupan gizi institusi
i. membuat label gizi pada kemasan produk makanan industri.

No comments:

Post a Comment