TUGAS METODE PENELITIAN KUANTITATIF
(OUTLINE)
NAMA: FREDY SAPUTRA TANAWIJAYA
NPM: 10.11.107.13201.01295
SEMESTER: V/D
HUBUNGAN KEBERSIHAN AIR MANDI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK
ABSTRAK
Mandi
adalah kebutuhan mendasar manusia dimana mandi sangat diperlukan untuk menjaga
kebersihan tubuh. Air yang di butuhkan untuk membersihkan badan tentunya harus
merupakan air yang bersih, sehingga dapat mwmbersihkan tubuh secara maksimal,
jika tidak mandi bukan malah membersihkan tubuh, tetapi berakibat memberikan
penyakit pada tubuh.
Jadi sangat
diperlukan kita untuk selalu menggunakan air yang bersih dan menaga kebersihan
air di lingkungan kita agar saat kita menggunakannya tidak terserang penyakit.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mandi adalah
keperluan yang mendasar bagi seornag manusia.
Tanpa mandi daya tahan tubuh manusia akan menurun dan mudah terinfeksi
penyakit. Penyakit kulit pun akan menjadi permasalahan utama. Mandi dengan air sudah dilakukan manusia
sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Setelah berkembangnya jaman, air tak
sebersih dulu.
Air telah
tercemar oleh berbagai limbah,
kuman, bakteri, yang dapat membahayakan kesehatan
manusia. Antara lain adanya kasus
penyakit campak yang terjadi di saat-saat tertentu dan daerah tertentu. Penyakit
ini merupakan penyakit menular yang berbahaya. Jika tidak dilakukan
pengendalian akan menyebabkan wabah.
Kebanyakan
penderita adalah masyarakat yang bermukim
di pinggiran sungai atau daerah yang kekurangan air bersih. Dimana
terjadi kemarau atau banjir. Adapun beberapa kasus pnyakit campak teradi pada
masyarakat yang kelebihan atau cukup akan air bersih.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari uraian
diatas dirumuskan masalah:
Apakah ada
hubungan antara kebersihan air dengan kejadian penyakit campak?
C.
TUJUAN
Untuk
mengetahui ada atau tidak hubungan antara kebersihan air dengan kejadian
penyakit campak.
D. MANFAAT
·
Bagi masyarakat yang tinggal di pinggir sungai. Memberikan
pengetahuan bagi masyarakat pinggiran sungai bahwa pentingnya menggunakan air
bersih.
·
Bagi masyarakat yang tidak tinggal di pinggir sungai. Memberikan
pengertian untuk hidup bersih dan tetap menjaga hygiene tubuh.
·
Bagi dinas kesehatan setempat. Mengingatkan pemerintah
agar memperbaiki system penyediaan air bagi masyrakat yang tidak memiliki air
bersih.
·
Bagi puskesmas setempat. Merangsang perhatian petugas
kesehatan di wilayah setempat untuk lebih memperhatikan keadaan wilayah
kerjanya.
·
Bagi mahasiswa. Hasil penelitian ini akan menjadi
bahan refrensi untuk menyusun penelitian lain dan tetap menjaga kebersihan
tubuh.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Mandi adalah
mencuci tubuh dengan air
dengan cara menyiramkan air ke badan atau merendam badan di dalam sungai, danau, telaga, laut, kolam, atau bak mandi.
Manusia perlu mandi untuk menghilangkan bau, debu, dan sel-sel kulit yang sudah mati.
Mandi bermanfaat untuk memelihara kesehatan,
menjaga kebersihan,
serta mempertahankan penampilan agar tetap rapi. Setelah mandi, manusia
biasanya merasa segar, bersih, dan santai.
Kebersihan air mandi adalah keadaan air yang digunakan untuk mandi bebas dari kotoran, kuman,
maupun bakteri, serta virus yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
Penyakit adalah
suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran
yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran
terhadap orang yang dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang
biasa berkonsultasi dengan seorang dokter.
Campak, rubeola, atau measles adalah penyakit infeksi yang menular atau
infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kisaran 4
hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus
campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun
tenggorokan penderita campak (air borne
disease). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
BAB
III
METODOLOGI
Penelitian ini berjenis cross sectional dimana dalam penelitian
ini mencari hubungan antara kebersihan air dengan kejadian penyakit campak. Populasinya
adalah seluruh warga Desa Sungai Meriam, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai
Kartanegara, yang sedang atau pernah menderita penyakit kulit, yaitu sebanyak
150 jiwa. Penentuan sampel menggunakan metode Simple random Sampling (SRS) dengan estimasi penyimpangan 0,05 .
Dimana hasil perhitungannya sebagai berikut:
Jadi sampel yang di teliti sebanyak
109 jiwa. Penelitian akan dilakukan di Desa Sungai Meriam Kecamatan Anggana Kabupaten
Kutai Kartanegara. Dilaksanakan selama 2 minggu
dan dimulai pada awal bulan Desember 2012. Kuesioner akan dititipkan di
puskesmas rawat inap untuk pasien rawat inap dan puskesmas untuk pasien rawat
jalan. Serta diberikan pada warga yang memiliki riwayat sakit campak. Data
diuji menggunakan uji chi square, dan disajikan dalam bentuk statistik.
HUBUNGAN LOKASI PEMUKIMAN DENGAN TINGGINYA PENYAKIT ISPA
ABSTRAK
ISPA adalah
penyakit yang sanggat berbahaya, biasanya menyerang anak balita.tidak jarang
mengakibatkan angka kematian anak balita meninggi. Salah satu penyebabnya
adalah lokasi rumah (pemukiman) yang terlalu dekat dengan jalan poros yang
banyak kendaran melewatinya. Karena banyak kendaraan maka pencemaran udara
terjadi di daerah tersebut. Sehingga sangat penting untuk melihat atau memilih
dengan baik dan benar saat ingin memilih tempat lokasi bermukim.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan penyebab
utama kesakitan dan kematian balita di indonesia yaitu sebesar 28%1. WHO
memperkirakan kematian akibat pneumonia mencapai 10% - 20% pertahun dari
seluruh jumlah bila tidak diberi pengobatan (2010).
Penyakit ISPA di sebabkan karena pasien terlalu sering menghirup udara
berpolusi. Keseringn menghirup udara berpolusi adalah karna pasien terlalu lama
atau sering berada di tempat berpolusi, anak niasanya sering berada di rumah. Oleh
karena itu saya ingin melakukan penelitian untuk melihat apakah ada hubungan
antara lokasi pemukiman dengan tingginya penyakit ISPA.
B. RUMUSAN
MASALAH
Dari
uraian diatas dirumuskan masalah:
Apakah ada hubungan antara lokasi pemukiman dengan tingginya kasus ISPA
C. TUJUAN
Untuk
melihat ada atau tidak hubungan antara lokasi pemukiman dengan tingginya
penyakit ISPA.
D. MANFAAT
Bagi akademik : sebagai
bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya.
Bagi peneliti :
penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang ISPA dan hubungannya
dengan lokasi pemukiman.
Bagi pembaca : dapat
sebagai informasi untuk masyarakat mengenai ISPA.
Bagi orang tua : dapat
memberikan pertimbangan dalam memilih lokasi pemukiman untuk dijadikan tempat
tinggal
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Lokasi adalah letak dari suatu tempat / benda dalam suatu tempat.
Permukiman adalah
bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dantempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan {Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, Bab I, Pasal 1
(5)}.
Penyakit adalah
suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran
yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran
terhadap orang yang dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang
biasa berkonsultasi dengan seorang dokter.
ISPA merupakan
singkatan dari Infeksi Pernafasan Saluran Akut
Infeksi adalah
masuknya kuman atau mikro organisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit
Saluran pernafasan adalah
organ tubuh manusia yangdimulai dari
hidung hingga alveoli beserta organ aneksananya seperti sinus-sinus,rongga telinga dan pluera. Dengan demikian secara
anatomis mencakup saluran pernafasan
bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk juga jaringan paru) dan
organ aneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan parutermasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
Infeksi akut adalah
infeksi yang berlangusng sampai dengan14 hari. Batas 14
hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam
ISPA proses infeksinya dapat berlangsung
lebih dari 14 hari.
Jadi ISPA adalah suatu penyakit yang
menyerang saluran pernafasan bagian atas yang berlangsung
selama 14 hari atau lebih. ISPA biasanya menyerang pada anak balita usiakurang dari 2 tahun.
BAB
III
METODOLOGI
Penelitian
ini berjenis cross sectional dimana
dalam penelitian ini mencari hubungan antara lokasi pemukiman dengan tingginya
penyakit ISPA. Populasinya adalah seluruh orang tua di Desa Sungai Meriam,
Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara. Penentuan sampel menggunakan metode Purposive sampling dengan criteria orang
tua yang anaknya sedang atau pernah menderita penyakit ISPA. Penelitian akan dilakukan
di Desa Sungai Meriam Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara. Dilaksanakan selama
2 minggu dan di mulai pada awal bulan
Desember 2012. Kuesioner akan dititipkan di puskesmas rawat inap untuk pasien
rawat inap dan puskesmas untuk pasien rawat jalan. Data di olah dan di analisis
menggunakan uji chi square, dan disajikan
dalam bentuk statistic.
Hubungan Pencahayaan Dengan Kelelahan Mata Perajin Batik.
ABSTRAK
Mata merupakan
organ tubuh yang penting untuk melihat. Sama halnya bagi perajin batik mata
merupakan organ vital untuk mereka agar dapat menghasilkan karya seni yang
indah. Mata yang kurang istirahat atau berada di lingkungan yang tidak
mendukung akan mudah lelah. Salah satunya adalah pencahayaan. Dibutuhkan pencahayaan
yang optimal bagi mata untuk dapat bekerja dengan baik.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Batik
merupakan hasil kerajinan indonesia yang sudah dikenal secara global, memiliki nilai jual yang tidak murah. Tapi
untuk menghasilkan batikk yang baik dan berkualitas diperlukan seniman yang
berkualitas dan waktu pengerjaanya lama serta kondisi lingkungan pkerjaan yang
baik.
Salah satu
indikator lingkungan kerja yang baik adalah pencahayaan. Pencahayaan yang optimal sangat di butuhkan
dalam mengrjakan sebuah batik. Karena
saat pncahayaan kurang mata akan bekerja lebih keras dalam melakukan ketelitian.
Mata yang lelah akan mengakibatkan ksehatan pekerja menurun dan hasil batik
yang tidak memuaskan.
Uraian
diatas menginspirasi saya untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pencahayaan
dan kelelahan mata perajin batik.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari uraian diatas dirumuskan
masalah:
Apakah ada hubungan antara pencahayaan dengan
kelelahan mata perajin batik.
C.
TUJUAN
Untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara pencahayaan dengan kelelahan mata perajin
batik.
D. MANFAAT
Bagi
pengrajin : mengetahui dan
memahami bahwa pencahayaan yang kurang akan menyebabkan lelah mata.
Bagi
pemerintah : agar lebih memperhatiakn
para pengrajin dalam kesehatannya.
Bagi peneliti : memberikan pengetahuan dan
wawasan yang berhubungan mengenai kesehatan kerja perajin batik.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Cahaya adalah energi
berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang
gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya
adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang
gelombang kasat mata maupun yang tidak. Selain itu,
cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi
tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga
disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum
kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna.
Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Mata adalah organ
penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain
hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata
yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.
Batik adalah
salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua
hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam
untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur
internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian
kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk
penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan.
Perajin adalah orang yang membuat kerajinan seni tertentu.
Lelah adalah keadaan dimana tubuh terasa berat tak berdaya tak
mampu melakukan hal yang berat dan perlu istirahat.
BAB
III
METODOLOGI
Penelitian ini berjenis cross
sectional dimana dalam penelitian ini mencari hubungan antara Pencahayaan
dengan kelelahan mata yang di derita perain batik. Populasinya adalah seluruh tenaga
kerja di industry Batik Hadiwasita. Penentuan sampel menggunakan metode Purposive
sampling dengan Kriteria bekerja sebagai perajin batik.
Penelitian akan dilakukan di Taman KT 1/466 Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Dilaksanakan selama 2
minggu dan dimulai pada awal bulan Desember 2012. Kuesioner akan diberikan pada
sampel untuk diisi dan akan dikumpulkan setelah 1 minggu.
Data diuji menggunakan uji chi
square, dan disajikan dalam bentuk deskriptif.
No comments:
Post a Comment