Saturday, December 15, 2012

OUTLINE 3 JUDUL (tugas metode penelitian kuantitatif)


TUGAS METODE PENELITIAN KUANTITATIF
 (OUTLINE)


 NAMA: FREDY SAPUTRA TANAWIJAYA
NPM: 10.11.107.13201.01295
SEMESTER: V/D







HUBUNGAN KEBERSIHAN AIR MANDI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK

ABSTRAK
Mandi adalah kebutuhan mendasar manusia dimana mandi sangat diperlukan untuk menjaga kebersihan tubuh. Air yang di butuhkan untuk membersihkan badan tentunya harus merupakan air yang bersih, sehingga dapat mwmbersihkan tubuh secara maksimal, jika tidak mandi bukan malah membersihkan tubuh, tetapi berakibat memberikan penyakit pada tubuh.
Jadi sangat diperlukan kita untuk selalu menggunakan air yang bersih dan menaga kebersihan air di lingkungan kita agar saat kita menggunakannya tidak terserang penyakit.



BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Mandi adalah keperluan yang mendasar bagi seornag manusia.  Tanpa mandi daya tahan tubuh manusia akan menurun dan mudah terinfeksi penyakit. Penyakit kulit pun akan menjadi permasalahan utama.  Mandi dengan air sudah dilakukan manusia sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Setelah berkembangnya jaman, air tak sebersih dulu.
Air telah tercemar oleh berbagai limbah,  kuman,  bakteri,  yang dapat membahayakan kesehatan manusia.  Antara lain adanya kasus penyakit campak yang terjadi di saat-saat tertentu dan daerah tertentu. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang berbahaya. Jika tidak dilakukan pengendalian akan menyebabkan wabah.
Kebanyakan penderita adalah masyarakat yang bermukim  di pinggiran sungai atau daerah yang kekurangan air bersih. Dimana terjadi kemarau atau banjir. Adapun beberapa kasus pnyakit campak teradi pada masyarakat yang kelebihan atau cukup akan air bersih.

B.   RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas dirumuskan masalah:
Apakah ada hubungan antara kebersihan air dengan kejadian penyakit campak?


C.   TUJUAN
Untuk mengetahui ada atau tidak hubungan antara kebersihan air dengan kejadian penyakit campak.

D.  MANFAAT
·        Bagi masyarakat yang tinggal di pinggir sungai. Memberikan pengetahuan bagi masyarakat pinggiran sungai bahwa pentingnya menggunakan air bersih.
·        Bagi masyarakat yang tidak tinggal di pinggir sungai. Memberikan pengertian untuk hidup bersih dan tetap menjaga hygiene tubuh.
·        Bagi dinas kesehatan setempat. Mengingatkan pemerintah agar memperbaiki system penyediaan air bagi masyrakat yang tidak memiliki air bersih.
·        Bagi puskesmas setempat. Merangsang perhatian petugas kesehatan di wilayah setempat untuk lebih memperhatikan keadaan wilayah kerjanya.
·         Bagi mahasiswa. Hasil penelitian ini akan menjadi bahan refrensi untuk menyusun penelitian lain dan tetap menjaga kebersihan tubuh.







BAB II
LANDASAN TEORI

Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau.
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi
Mandi adalah mencuci tubuh dengan air dengan cara menyiramkan air ke badan atau merendam badan di dalam sungai, danau, telaga, laut, kolam, atau bak mandi. Manusia perlu mandi untuk menghilangkan bau, debu, dan sel-sel kulit yang sudah mati. Mandi bermanfaat untuk memelihara kesehatan, menjaga kebersihan, serta mempertahankan penampilan agar tetap rapi. Setelah mandi, manusia biasanya merasa segar, bersih, dan santai.
Kebersihan air mandi adalah keadaan air yang digunakan untuk mandi bebas dari kotoran, kuman, maupun bakteri, serta virus yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan seorang dokter.
Campak, rubeola, atau measles adalah penyakit infeksi yang menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kisaran 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.


BAB III
METODOLOGI

Penelitian ini berjenis cross sectional dimana dalam penelitian ini mencari hubungan antara kebersihan air dengan kejadian penyakit campak. Populasinya adalah seluruh warga Desa Sungai Meriam, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, yang sedang atau pernah menderita penyakit kulit, yaitu sebanyak 150 jiwa. Penentuan sampel menggunakan metode Simple random Sampling (SRS) dengan estimasi penyimpangan 0,05 . Dimana hasil perhitungannya sebagai berikut:






Jadi sampel yang di teliti sebanyak 109 jiwa. Penelitian akan dilakukan di Desa Sungai Meriam Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara. Dilaksanakan selama 2 minggu  dan dimulai pada awal bulan Desember 2012. Kuesioner akan dititipkan di puskesmas rawat inap untuk pasien rawat inap dan puskesmas untuk pasien rawat jalan. Serta diberikan pada warga yang memiliki riwayat sakit campak. Data diuji menggunakan uji chi square, dan disajikan dalam bentuk statistik. 










HUBUNGAN LOKASI PEMUKIMAN DENGAN TINGGINYA PENYAKIT ISPA

ABSTRAK
ISPA adalah penyakit yang sanggat berbahaya, biasanya menyerang anak balita.tidak jarang mengakibatkan angka kematian anak balita meninggi. Salah satu penyebabnya adalah lokasi rumah (pemukiman) yang terlalu dekat dengan jalan poros yang banyak kendaran melewatinya. Karena banyak kendaraan maka pencemaran udara terjadi di daerah tersebut. Sehingga sangat penting untuk melihat atau memilih dengan baik dan benar saat ingin memilih tempat lokasi bermukim.

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian balita di indonesia yaitu sebesar 28%1. WHO memperkirakan kematian akibat pneumonia mencapai 10% - 20% pertahun dari seluruh jumlah bila tidak diberi pengobatan (2010).
Penyakit ISPA di sebabkan karena pasien terlalu sering menghirup udara berpolusi. Keseringn menghirup udara berpolusi adalah karna pasien terlalu lama atau sering berada di tempat berpolusi, anak niasanya sering berada di rumah. Oleh karena itu saya ingin melakukan penelitian untuk melihat apakah ada hubungan antara lokasi pemukiman dengan tingginya penyakit ISPA.

B.   RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas dirumuskan masalah:
Apakah ada hubungan antara lokasi pemukiman dengan tingginya kasus ISPA



C.   TUJUAN
Untuk melihat ada atau tidak hubungan antara lokasi pemukiman dengan tingginya penyakit ISPA.

D.    MANFAAT
Bagi akademik         : sebagai bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya.
Bagi peneliti             : penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang ISPA dan hubungannya dengan lokasi pemukiman.
Bagi pembaca          : dapat sebagai informasi untuk masyarakat mengenai ISPA.
Bagi orang tua         : dapat memberikan pertimbangan dalam memilih lokasi pemukiman untuk dijadikan tempat tinggal




BAB II
LANDASAN TEORI

Lokasi adalah letak dari suatu tempat / benda dalam suatu tempat.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dantempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan {Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, Bab I, Pasal 1 (5)}.
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan seorang dokter.
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Pernafasan Saluran Akut
Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit
Saluran pernafasan adalah organ tubuh manusia yangdimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ aneksananya seperti sinus-sinus,rongga telinga dan pluera. Dengan demikian secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk juga jaringan paru) dan organ aneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan parutermasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangusng sampai dengan14 hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk  beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses infeksinya dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Jadi ISPA adalah suatu penyakit yang menyerang saluran pernafasan bagian atas yang berlangsung selama 14 hari atau lebih. ISPA biasanya menyerang pada anak balita usiakurang dari 2 tahun.


 

BAB III
METODOLOGI

Penelitian ini berjenis cross sectional dimana dalam penelitian ini mencari hubungan antara lokasi pemukiman dengan tingginya penyakit ISPA. Populasinya adalah seluruh orang tua di Desa Sungai Meriam, Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara. Penentuan sampel menggunakan metode Purposive sampling dengan criteria orang tua yang anaknya sedang atau pernah menderita penyakit ISPA. Penelitian akan dilakukan di Desa Sungai Meriam Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara. Dilaksanakan selama 2 minggu  dan di mulai pada awal bulan Desember 2012. Kuesioner akan dititipkan di puskesmas rawat inap untuk pasien rawat inap dan puskesmas untuk pasien rawat jalan. Data di olah dan di analisis menggunakan uji chi square,  dan disajikan dalam bentuk statistic. 












Hubungan Pencahayaan Dengan Kelelahan Mata Perajin Batik.

ABSTRAK
Mata merupakan organ tubuh yang penting untuk melihat. Sama halnya bagi perajin batik mata merupakan organ vital untuk mereka agar dapat menghasilkan karya seni yang indah. Mata yang kurang istirahat atau berada di lingkungan yang tidak mendukung akan mudah lelah. Salah satunya adalah pencahayaan. Dibutuhkan pencahayaan yang optimal bagi mata untuk dapat bekerja dengan baik.

BAB I
PENDAHULUAN


A.  LATAR BELAKANG
Batik merupakan hasil kerajinan indonesia yang sudah dikenal secara global,  memiliki nilai jual yang tidak murah. Tapi untuk menghasilkan batikk yang baik dan berkualitas diperlukan seniman yang berkualitas dan waktu pengerjaanya lama serta kondisi lingkungan pkerjaan yang baik.
Salah satu indikator lingkungan kerja yang baik adalah pencahayaan.  Pencahayaan yang optimal sangat di butuhkan dalam mengrjakan sebuah batik.  Karena saat pncahayaan kurang mata akan bekerja lebih keras dalam melakukan ketelitian. Mata yang lelah akan mengakibatkan ksehatan pekerja menurun dan hasil batik yang tidak memuaskan.
Uraian diatas menginspirasi saya untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pencahayaan dan kelelahan mata perajin batik.





B.   RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas dirumuskan masalah:
 Apakah ada hubungan antara pencahayaan dengan kelelahan mata perajin batik.



C.   TUJUAN
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pencahayaan dengan kelelahan mata perajin batik.

D.  MANFAAT
Bagi pengrajin         : mengetahui dan memahami bahwa pencahayaan yang kurang akan menyebabkan lelah mata.
Bagi pemerintah    : agar lebih memperhatiakn para pengrajin dalam kesehatannya.
Bagi peneliti             : memberikan pengetahuan dan wawasan yang berhubungan mengenai kesehatan kerja perajin batik.






BAB II
LANDASAN TEORI

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan.
Perajin adalah orang yang membuat kerajinan seni tertentu.
Lelah adalah keadaan dimana tubuh terasa berat tak berdaya tak mampu melakukan hal yang berat dan perlu istirahat.


BAB III
METODOLOGI

Penelitian ini berjenis cross sectional dimana dalam penelitian ini mencari hubungan antara Pencahayaan dengan kelelahan mata yang di derita perain batik. Populasinya adalah seluruh tenaga kerja di industry Batik Hadiwasita.  Penentuan sampel menggunakan metode Purposive sampling dengan Kriteria bekerja sebagai perajin batik.
Penelitian akan dilakukan di Taman KT 1/466 Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dilaksanakan selama 2 minggu dan dimulai pada awal bulan Desember 2012. Kuesioner akan diberikan pada sampel untuk diisi dan akan dikumpulkan setelah 1 minggu.
Data diuji menggunakan uji chi square, dan disajikan dalam bentuk deskriptif. 




















No comments:

Post a Comment